Senin, 13 Mei 2013

Menghilangkan Rasa Gugup

         setelah diberitahukan panita acara pernikahan kerabat bahwa saya  di jadikan untuk penyambutan keluarga dari mempelai laki-laki maka  jantung saya seketika itu langsung berdecak kencang di karenakan saya belum pernah menjadi MC (Master of Ceremony) maka semenjak saat  itu saya mulai mempelajari beberapa langkah untuk menjadi MC.ada beberapa hal yang dapat saya simpulkan :
  1.Persiapan.
     Bagi seorang pembicara persiapan adalah kata kunci yang harus di lakukan bagi seorang MC karena
      meskipun penampilan anda bagus serta suara yang berkarakter tetapi ketika anda berbicara tanpa
       persiapan maka akan menimbulkan celaan karena anda kurang persiapan
  2.Menggerakan Anggota badan
    Ini penting agar rasa gugup bisa berkurang dengan kita menggerakan tangan kita atau kaki kita. saya sudah pernah memperaktekan hal tersebut silahkan anda mencobanya.
3.Tarik nafas dalam-dalam
 usahakan untuk menarik nafas ketika sebelum berbicara kerena rasa gugup akan mempengaruhi ketika berbicara suara akan bergetar karena rasa gugup yang anda rasakan.
4. Apabila kita membawakan suatu masalah tentang kebahagian maka jangan lupa kita ekspresikan dengan wajah yang ceria juga sebaliknya.
5.Harus tahu berapa lama kita akan berbicara karena apabila kita berbicara terlalu lama maka akan membuat bosan pendengar dan menjadi cemoohan buat anda.
6.jangan sering terjadi pengulangan kata-kata yang akan membuat kita terlihat orang yang kurang wawasan,maka saya menyarankan agar banyak-banyak membaca buku refrensi agar kosa kata kita lebih bertambah dan ilmu lebih banyak.
terakhir saya berpesan agar meyakinkan diri anda bahwa anda bisa.Ada pepatah yang mengatakan"Bisa karena Biasa". menurut saya itu adalah suatu perkataan yang benar maka mulai dari sekarang untuk selalu mencoba terus untuk tampil dan berbicara di depan umum buang rasa malu kita yang akan menghambat potensi diri kita untuk terus berkembang.karena apabila rasa malu itu ditempatkan pada tempatnya  itu akan menjadi suatu hal yang positif.


Minggu, 12 Mei 2013

Tak Perlu Berduka Karena Sedikitnya Harta

Rezeki merupakan salah satu nikmat Allah, sekaligus amanah yang cukup berat dari Allah. Acap kali ketika seseorang mendapatkan rezeki mereka lupa diri, terkunci hatinya untuk bersyukur atas anugerah Allah tersebut. Allah memperingatkan bahaya bagi orang yang tidak memanfaatkan rezeki sesuai syariatNya
Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hambaNya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hambNya lagi Maha Melihat “(QS Asy Syura ayat 42)
Sungguh rezeki itu merupakan tanda kasih dan kemurahan Allah. Betapa Allah memberikan kepada setiap makhlukNya curahan rezeki. Dalam hal ini Allah berfirman “Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberikan rezekinya” (QS Hud ayat 6). 
Artinya tidak ada binatang melata di muka bumi ini yang Allah tidak menentukan rezekinya, dan tidak ada jiwa yang mati melainkan dia telah memakan makanan terakhir yang ditakdirkan atasnya. Manusia dalam memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya harus berusaha mencari rezeki dengan cara halal. Jika dia telah berusaha tetapi masih mendapat kekurangan jangan sampai ada pikiran untuk mencarinya dengan cara yang haram. Sebaik-baik cara menghadapi kekurangan ini adalah bersabar dan tetap bersyukur kepadaNya.
Dalam menyikapi kemiskinan dan kekayaan Rasulullah SAW telah memberikan penilaian yang mungkin tidak pernah terbetik dalam benak kita. Sebuah standard yang berorientasi jauh ke depan, bukan terpancang pada hal-hal yang tampak belaka. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda 
Bukanlah kaya itu karena banyaknya harta tapi kaya itu adalah kaya jiwa
 (HR Bukhari dan Muslim)
Dengan sedikit harta, hidup seseorang tak mesti sengsara. Orang yang bergelimang harta pun hidupnya belum tentu bahagia. Kenyataannya banyak orang kaya raya hidupnya merana. Lihatlah para artis yang mati sia-sia karena menghabisi jiwanya atau para pengusaha yang menderita gangguan jiwa. Mereka bukanlah orang-orang yang kekurangan harta. Tapi karena satu hal,yaitu mereka tidak bahagia !
Itu berarti bahagia dan sengsara tidak mutlak tergantung pada harta, tetapi lebih pada hati. Hati yang dipenuhi rasa syukur kepada Allah terhadap apa pun dan berapa pun pemberian Allah. Lihatlah orang yang paling mulia, Rasulullah SAW. Istri beliau, Aisyah r.a menceritakan kondisi rumah tangga beliau, ia mengatakan “Keluarga Muhammad SAW sejak awal tiba di Madinah tidak pernah sampai merasakan kenyang karena menyantap hidangan dari gandum halus selama tiga malam berturut-turut sampai beliau meninggal”.
Beliau SAW memiliki tikar yang terbuat dari kulit dan tilam dari serabut. Dalam beberapa malam berturut-turut beliau dan keluarga pernah tidak mendapatkan makan malam. Rotinya pun terbuat dari gandum yang kasar. Pernah tiga kali hilal dalam dua bulan berturut-turut dari dapur beliau tidak terlihat kepulan asap. Makanan beliau SAW terbuat dari dua jenis yang berwarna hitam; kurma dan air. Potret lain yang ikut mewarnai dunia kesahajaan adalah Umar bin Khattab r.a. Ia seorang Khalifah kaum muslimin. Meski begitu pakaian beliau dipenuhi dengan dua belas tambalan. Suatu hari pernah Khalifah Umar agak terlambat menghadiri shalat Jumat karena mencuci bajunya dan tidak memiliki baju yang lain yang dapat digunakan untuk shalat Jumat selain baju itu. Rumahnya hanya sebuah gubuk. Namun ia mampu mengguncang istana Kisra dari Persia.
Allah SWT berfirman:
 “Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (QS Luqman ayat 17).

 Dalam ayat lain Allah menyampaikan bahwa kekurangan harta adalah salah satu bentuk ujian yang seharusnya disikapi dengan kesabaran. Allah SWT berfirman
 “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS Al Baqarah ayat 155)

Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia akan menguji hambanya sepanjang hidup mereka dengan rasa takut,kemiskinan dan sebagainya. Dengan demikian akan tampak mana hamba Allah yang taat dan mana pula yang kufur. Tentunya hamba Allah yang teguh dalam ketaatan kepadaNya akan mendapatkan kabar gembira. Lantas apa wujud dari kabar gembira tersebut ?Kabar gembira yang telah dijanjikan oleh Allah bagi orang-orang yang bersabar menjalani ujian kehidupan ini adalah sebagaimana yang tertera dalam firman Allah : 
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas” 

Nasehat para Ulama kepada para penuntut ilmu:

  •     Hendaklah penuntut ilmu itu memahami kaedah-kaedah penuntut ilmu
  •        Ilmu agama itu di bangun atas sifat rahmah berdasarkan sifat-sifat rahamat yang Allah miliki itulah kaedah menuntut ilmu.
  •   Ilmu  itu seluruhnya mengandung sifat kasih sayang yang harus kita fahami bentuk dan cermin sifat rahmat Allah.
  •          Yang kita pelajari dan kita cari di majlis ilmu adalah rahmat Allah yang akan kita bawa pulang untuk di terapkan di dalam kehidupan masyarakat kita adalah bentuk hasil dari sayang Allah kepada para hambaNya kita menuntut ilmu landasannya adalah Al-qur’an atau kalamullah.
·         Ilmu itu di turunkan oleh zat Yang Maha Sayang kepada kita sebagai mana orang tua yang mendidik anaknya sebagai  bentuk kasih sayang orang tua kepada kita walaupun terkadang orang tua melarang sesuatu yang kita senangi karena itu akan membahayakan diri kita.
  •   Allah lebih sayang kepada kita di bandingkan orang tua sayang kepada kita.
  •   Allah tidak  akan mungkin menurunkan syariat yang akan menyusahkan kita atau membinasakan  kita.

·         Salah satu sifat Al-qur’an adalah rahmat sebagai mana yang terdapat dalam Al-Qur’an surat yunus ayat yang ke 58:
  Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".agar kita bergembira atas karunia dan rahmat dari Allah .karunia dalam ayat ini adalah iman dan rahmat dalam ayat ini maksudnya adalah Al-Qur’an.
·         Ketika kita dapat membacanya dengan baik  dan lancar kita dapat mengahafalkannya dan kita dapat memahaminya juga mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari yang ada di dalam Al-Qur’an maka kita harus bergembira.
·         Al-Qur'an isinya penuh dengan nilai-nilai kasih sayang.
·         Perintah yang paling tinggi dalam Al-Qur’an adalah mentauhidkann Allah kenapa? Karena Allah tidak mengingnkan kita kekal di dalam api neraka, ini adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada para hambaNya.
·         Allah tidak butuh kepada ibadah kita tauhid kita jika kita kafir atau murtad dari agamaNya maka Allah tidak akan rugi dan tiadak akan mengurangi kerjaaanNya sedikitpun.
·         Ilmu Alllah ini untuk Rahmat dan kebaikann kita.
·         Ketika Allah mengharamkan Riba Allah tidak  mau kita binasa dengan cara kita memakan harta haram karena rijki yang di cari  dengan harta yang haram tidak akan mendatangkan keberkahan di dunia dan di akhirat.
·         Sikap kita terhadap ilmu jangan merasa seolah olah ilmu itu membebani kita ini adalah pemahaman yang keliru karena ada sebagian orang yang menyangka apabila dia tidak tahu ilmu maka dia akan mendapatkann uzur ketika melakukan dosa berbeda dengan orang yang tahu ilmunya ketika dia melakukan dosa maka dia akan terkena dosa tersebut.Berbeda antara orang yang tidak  tahu dengan orang yang sengaja tidak mau tahu.orang yang tidak tahu tetapi dia tetap belajar maka dia akan medapatkan uzur disisi Allah.sedangkan orang yang sengaja tiadak mau tahu  dan tidak mau belajar dia tidak  mendapatkan uzur sebagaimana dalam firman Allah surat Toha ayat ke 124
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
  •   Setiap dosa pasti  memiliki efek yang negative di dunia dan di akhirat makanya Allah memerintahkan hambaNya untuk terus belajar agar terhindar dari kebodohan
  •    Nabi dan Rosul di turunkan sebagai Rahmat bagi seluruh alam.
  •    Ilmu itu pada hakkikatnya merubah karakter lisan dan ahlak para pencarinya.
  •    Semakin lama kita belajar agama maka semakin kita sayang kepada umat islam.
·         Ingatlah kisah ulama terdahulu seperti Fudhail bin iyadh yang sebelum mengenal agama ia seorang perampok dan penjahat maka ketika ia mengenal islam berubah menjadi seorang yang sangat alim dan menjadi seorang ulama.
·         Dalm surat Al-Imran :159
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
Ayat ini berkaitan dengan kekalahan kaum muslimin pada perang uhud Allah mendidik jiwa Nabi Muhammad agar dapat memberikan Rahmat dan memohonkan ampun dan memaafkan kesalahan para sahabat Nabi dan tetap bermusywarah dengan mereka.
·         Bahkan ketika Rosulullah  mengalami luka dan gigi grahamnya pecah beliau mendo’akan kaumnya Nabi memberikan uzur kepada mereka mungkin mereka tidak tahu.Nabi berdo’a agar mereka di ampuni dosa-dosanya.Nabi mencari alasan agar perbuatan zolim mereka dapat di ampuni.
·         Fungsi ilmu merubah karakter seseorang agar dapat menahan emosi mereka.
·         Ilmu itu Rahmat dan harus kita sadari dan kita harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan ahlak yang baik.
·         Orang besar adalah orang yang memilki sifat Rahmat.
·         Sahabat Nabi adalah generasi yang penuh sifat Rahmat.
·         Lemah lembut bukan berarti merendahkan diri kita, semakin kita lemah lembut Allah akan mengangkat derajat kita.
·         Jangan kita hiraukan perkataan dan perbuataan orang-orang yang bodoh.
·         Cara bermuamalah dengan masyarakat kita da’wahkan dengan lemah lembut kita tegur kita sapa kalau ada yang sakit maka kita kunjungi.
·         Inti sari kita menutut ilmu  adalah kita mengamalkan ilmu tersebut.